Selasa, 14 September 2010

ACTIVITY BASED COSTING

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

Distorsi Biaya
            Akuntansi biaya tradisional dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu: (1) akuntansi biaya dengan fokus perhitungan cost produk dan (2) akuntansi pertanggungjawaban. Kedua tipe akuntansi biaya tersebut dikembangkan pada waktu pengolahan data akuntansi masih dilaksanakan secara manual. Akuntansi  biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur,  yang kegiatan pokoknya adalah mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan menjualnya pada konsumen.
            Metode akuntansi biaya tradisional hanya berfokus pada biaya produksi, yaitu biaya yang terjadi dalam proses pembuatan produk. Akan tetapi, dalam perusahaan manufaktur, aktivitas tidak hanya terjadi di tahap produksi tetapi proses aktivitas juga terjadi pada tahap desain dan pengembangan, tahap pemasaran, tahap distribusi dan tahap purna jual. Hal tersebut menyebabkan ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing atau distorsi biaya.
            Jika dibandingkan dengan activity based costing maka kita dapat melihat bahwa dalam sistem akuntansi biaya tradisional mengalami distorsi biaya produk. Dibandingkan dengan ABC, sistem tradisional melaporkan biaya per unit yang lebih tinggi untuk produk dengan volume tinggi, dan biaya per unit yang lebih rendah untuk produk dengan volume rendah. Penyebabnya adalah alokasi dari seluruh overhead dalam sistem biaya tradisional didasarkan pada volume. Dalam sistem berdasarkan volume, produk dengan volume tinggi akan dialokasikan dengan bagian yang lebih besar dari semua biaya overhead, termasuk biaya yang tidak berkaitan dengan volume.
Ada dua situasi yang dapat menimbulkan distorsi biaya pada akuntansi biaya tradisional, diantaranya adalah:
1.      Struktur biaya yang rumit, yaitu struktur biaya yang memiliki jumlah yang signifikan dari biaya yang tidak berkaitan dengan volume.
2.      Lini produk yang bermacam-macam, dimana produk yang berbeda mengkonsumsi bauran yang berbeda dari biaya yang berkaitan dengan volume maupun yang tidak.


Pengertian Activity Based Costing
            Activity based costing adalah suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan dengan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).
            Beberapa perbandingan antara activity based costing dengan akuntansi biaya tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:
  1.  Laporan biaya yang dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisional bersifat seragam dan dua dimensi. Pemakai informasi tidak banyak memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi biaya sesuai dengan kebutuhan.
  2. Dalam ABC pemakai informasi diberi kesempatan untuk melakukan pengambilan keputusan yang jauh lebih berkualitas, seperti pengurangan biaya melalui pengelolaan aktivitas, penentuan harga jual berdasarkan cost yang akurat, analisis profitabilitas produk/jasa dan pengukuran kinerja personel.
  3. Akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur dan hanya berfokus ke biaya produksi. Sedangkan ABC sistem didesain untuk berbagai tipe perusahaan dan menggunakan aktivitas sebagai basis untuk mengukur, mengklasifikasikan, mencatat dan menyediakan data biaya.
  4. Pada akuntansi biaya tradisional fokus lebih dititikberatkan ke perhitungan cost produk dan pengendalian biaya. Sedangkan sistem ABC berfokus pada pengurangan biaya.
  5. Akuntansi biaya tradisional didesain pada jaman teknologi manual untuk memproses data akuntansi. Pemakaian teknologi manual tersebut membatasi pemakai informasi yang dihasilkan oleh akuntansi. ABC sistem didesain dalam era teknologi informasi, hasil dari informasi ABC bersifat multidimensi mencakup informasi keuangan dan non keuangan. 
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC sistem, diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.  
  2. The cause of cost can be managed. Dengan adanya pengelolaan atas biaya tersebut, maka personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya, pengelolaan tersebut memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. Beberapa contoh aktivitas adalah sebagai berikut: costumer yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value and non valua added, resource driver, activity driver, dtiver quantity, cycle effectiveness, capacity resources, budget type (fixed type, variable type, step type).
Pembebanan Dua Tahap Dalam ABC
1.         Tahap Pertama: Activity Based Process Costing
            Cost driver adalah karakteristik dari suatu even atau kejadian yang menyebabkan timbulnya biaya. Dalam abc, biaya-biaya yang paling penting dapat diidentifikasi. Tiga faktor yang penting dalam memilih cost driver yang tepat adalah: 
  • Derajat korelasi. Konsep utama dari ABC adalah untuk membebankan tiap biaya dari aktivitas ke produk   dengan dasar besarnya cost driver yang dikonsumsi oleh tiap product line. 
  • Cost of measurement. Mendesain sistem informasi yang mencantumkan cost-benefits-trade-offs. Semakin banyak activity cost pools dalam ABC, maka semakin tinggi tingkat akurasi dari biaya yang ditetapkan. Akan tetapi dengan banyaknya cost pools activity akan menambah cost driver, sehingga dibutuhkan biaya tambahan untuk pengimplementasian dan pemeliharaan sistem.
  • Behaavioral effects. Sistem informasi tidak hanya digunakan untuk pembuatan keputusan tetapi juga mempengaruhi perilaku para pembuat keputusan.
Pada umumnya terdapat dua macam cost driver, yaitu:
  • volume based cost driver ( Cost driver  berdasarkan volume). Cost driver berdasarkan volume pada umumnya didasarkan atas jam tenaga kerja langsung atau jam kerja mesin. Kegiatan operasional yang bersifat padat karya mengguanakan jam kerja langsung untuk menghitung biaya produksi demikian pula untuk perusahaan padat modal dapat mengguanakan jam kerja mesin. Elemen pembiayaan disini adalah produk yang menyerap jam tenaga kerja langsung , jam mesin dan nilai bahan baku. Namun penggunaan volume sabagau cost driver tidak mungkin digunakan untuk perusahaan yang menghasilkan bermacam-macam barang. 
  • Transaction Based Cost Driver( cost driver berdasarkan transaksi) Dengan sistem ini biaya-biaya dibebankan pada unit yang menyebabkan transaksi. Adanya transaksi dapat diidentifikasi aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan untuk memproduksi suatu barang. Biaya overhead dibebankan pada produk berdasarkan proporsi aktivitas yang diserao masing-masing produk.
 
Pada tahap ini biaya dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai berikut:
  • Biaya langsung produk atau jasa. Biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke produk atau jasa. Biaya ini dibebankan sebagai cost produk atau jasa melalui akivitas yang menghasilkan produk atau jasa yang bersangkutan.
  • Biaya tidak langsung produk atau jasa. Biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke produk atau jasa. Biaya ini dibebankan ke aktivitas melalui salah satu dari dua cara berikut:
1.    Driver tracing
Dibebankan ke aktivitas melalui resources driver yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas.
Pembebanan biaya ke aktivitas dengan metode ini memerlukan resource cost rate dihitung dengan membagi total cost jenis biaya tertentu dengan resource driver quantity yang bersangkutam. Resource drive rate digunakan untuk membebankan konsumsi resource ke dalam aktivitas yang mengkonsumsi resource yang bersangkutan. 
2.    Allocation
Dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang.

Product driven activity dapat dikelompokkan atas empat kategori, yaitu
  • Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Lavel activities). Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit ini dinamakan biaya aktivitas berlevel unit (unit-level activities cost), contoh biaya overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga termasuk kedalam biaya aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk kedalam biaya overhead.
  • b.      Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch (Batch-Lavel activities)
  • Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerak bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah biaya aktivitas berlevel batch (batch-level activities), biaya ini bervariasi batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.
  • Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk (Product-Lavel activities). Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product-level activities) disebut juga sebagai aktivitas penopang produk (product-sustaining activities) yaitu aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel produk (product-level activities cost).
  • Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Lavel activities). Disebut juga sebagai aktivitas penopang fasilitas (facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda, atau dengan kata lain aktivitas ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya: manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan (landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan(PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik bersifat administratif, misalnya aktivitas pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk biaya. Biaya untuk aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities cost). 
Langkah-langkah sistem ABC pada tahap pertama adalah sebagai berikut
  • Identifikasi aktivitas yang signifikan dan menentukan overhead cost untuk tiap aktivitas berdasarkan proporsi sumber daya yang digunakan oleh entitas.
  • Penentuan cost driver untuk tiap cost pools.
Pencatatan biaya dalam activity based process costing dilaksanakan dengan panduan sebagai berikut:
  • Pencatatan biaya langsung produk atau jasa
  • Pencatatan biaya tidak langsung produk atau jasa
  • Perhitungan total biaya per aktivitas
  • Perhitungan cost produk atau jasa
 2.         Tahap Kedua: Activity Based Object Costing
            Tahap kedua ini berisi tiga bagian penting yang bertujuan untuk membatu proses pengolahan data biaya, diantaranya adalah:
  • Penentuan activity cost pool. Merupakan akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama-sama ke produk atau jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver.
  • Pembebanan biaya antar aktivitas. Metode ABC menggunakan dua macam pemicu biaya aktivitas, yaitu unit dan non unit. Pemicu biaya ini harus didasarkan pada hubungan sebab akibat, sementara pada biaya tradisional cenderung bersifat alokasi. Adanya penggunaan dua macam pemicu biaya aktivitas, menjadikan adanya pembagian biaya yang lebih adil diantara berbagai macam produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga meningkatkan keakuratan penghitungan harga pokok masing-masing produk. Selain dapat memberikan penghitungan harga pokok yang lebih akurat, dengan biaya aktivitas juga dapat membuat perusahaan mengetahui seberapa efesien aktivitas tersebut dilaksanakan dan dapat melanjutkan dengan penentuan kebijaksanaan manajemen seperti penghematan biaya terhadap aktivitas, pekerjaan  yang lebih efesien dan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang dianggap tidak perlu (tidak bernilai tambah). Karena suatu aktivitas menggunakan aktivtas lain dalam menghasilkan keluaran, biaya aktivitas tertentu perlu dibebankan kepada aktivitas pemakai.
Ada tiga tahap pembebanan biaya antaraktivitas, yaitu:
  • Pembebanan biaya direktur ke bagian-bagian yang berada di bawah wewenang direktur
  • Pembebanan biaya kepala bagian ke aktivitas yang berada di bawah wewenang kepala bagan yang bersangkutan.
  • Pembebanan biaya support activities  ke result contributing activities dan result producing activities.  
  • Pembebanan biaya result producing activities ke cost object

ABC Di Perusahaan Jasa
            Sistem activity based costing juga dapat digunakan dalam perusahaan jasa selain pada perusahaan manufaktur. Penggunaan sistem ABC dalam perusahaan jasa tidak berbeda dengan penggunaannya pada perusahaan manufaktur. Para manajer pada perusahaan jasa juga menginginkan informasi yang lebih akurat tentang biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu layanan yang mereka jual. Informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasi dan agar dapat memenuhi keinginan konsumen dalam pembebanan biaya yang lebih baik. Metode yang digunakan untuk melakukan identifikasi aktivitas, activity cost pools dan cost driver pada perusahaan jasa sama dengan yang digunakan pada perusahaan manufaktur.
 





1 komentar:

  1. Star Sands Casino | $750,000 welcome bonus - Las Vegas
    The Star Sands Casino is the first of its 샌즈카지노 kind in the city and has 바카라 opened its doors to the general public. The company kadangpintar also boasts some of the largest gaming

    BalasHapus